Sebuah virus yang merebak di Wuhan, Cina, pada Desember 2019 telah menyebabkan pandemi yang mempengaruhi seluruh dunia. Virus corona yang memicu pandemi Covid-19 itu pun telah mengalami perubahan seiring dengan penyebarannya ke penjuru dunia. Perubahan yang disebut mutasi ini memunculkan berbagai varian virus baru, antara lain gamma P.1.
Pada dasarnya, mutasi tidak selalu menghasilkan varian virus yang lebih berbahaya. Namun, sebagai mikroorganisme, virus akan berusaha beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya untuk bertahan hidup. Karena itulah ada kemungkinan varian biru virus corona, termasuk gamma P.1, bisa lebih berbahaya daripada virus awalnya dari Cina.
Mengenal Varian Gamma P.1 Covid-19
Gamma P.1 adalah satu-satunya varian virus corona asal Amerika Latin yang masuk kriteria Variant of Concern dari Badan Kesehatan Dunia (WHO). Â Varian ini awalnya mengakibatkan ledakan wabah di Brasil hingga memicu kenaikan jumlah pasien dan angka kematian secara drastis. Tak lama kemudian, varian gamma menyebar ke negara-negara lain, terutama yang berbatasan dengan Brasil.
Para ahli bersilang pendapat mengenai kenapa varian gamma bisa mudah berkembang. Beberapa ahli memperkirakan tingkat penularan gamma P.1 lebih dari dua kali lipat virus aslinya. Ada pula yang mengatakan tingkat reinfeksi atau infeksi ulang gamma begitu tinggi sehingga meningkatkan jumlah kasus positif. Sebuah studi menemukan bahwa satu dari enam orang yang terjangkit Covid-19 di Manaus, Brasil, adalah pasien reinfeksi dari gamma.
Sementara itu, para peneliti dari Harvard University, Amerika Serikat, mendapati tingkat kematian akibat varian gamma lebih tinggi daripada varian awalnya. Temuan-temuan ini membuat negara-negara tetangga Brasil langsung menutup perbatasan dengan negeri itu demi mengurangi risiko penularan.
Gejala Covid-19 Varian Gamma P.1
Dalam sejumlah penelitian, gejala umum Covid-19 dijumpai pada pasien yang terkonfirmasi terjangkit virus corona varian gamma P.1 Gejala itu mencakup:
- Demam
- Batuk kering
- Kelelahan ekstrem
- Hilangnya daya penciuman
Sampai sekarang, belum ditemukan gejala khas pada pasien Covid-19 dengan varian gamma.
Asal Penyebaran Varian Gamma P.1 Covid-19
Varian gamma P.1 berasal dari Manaus, Brasil. Namun varian ini justru pertama kali terdeteksi di Jepang, saat orang yang baru datang dari Brasil terkonfirmasi positif Covid-19 dan sampel virusnya diperiksa pada Desember 2020. Penelitian lebih lanjut menemukan varian ini mendominasi virus yang memicu ledakan jumlah kasus positif di Brasil.
Di Manaus, dua pertiga dari total 2 juta penduduknya terjangkit Covid-19. Dari jumlah itu, sebanyak 500 orang meninggal. Varian gamma disebut sebagai pemicu krisis oksigen di Brasil dan menyebabkan tenaga kesehatan setempat kelabakan menghadapi kenaikan jumlah kasus positif.
Pada awal 2021, varian gamma mulai menyebar ke luar Brasil. Peru, Cile, dan Uruguay melaporkan temuan varian itu di negara masing-masing. Di Rivera, kota di Uruguay yang berbatasan dengan Brasil, sebanyak 80 persen kasus teridentifikasi disebabkan oleh varian gamma. Indonesia juga sudah melaporkan adanya kasus positif dengan varian gamma P.1, tapi belum bisa dipastikan berapa jumlahnya.
Deteksi Varian Gamma P.1 Covid-19
Para ahli mendeteksi varian virus dengan teknologi genome sequencing alias pengurutan genom. Begitu pula cara deteksi varian gamma P.1. Dalam pengurutan genom, peneliti menganalisis urutan DNA genom sel virus yang akan menghasilkan data karakter genetik sel virus.
Tahap pertama deteksi adalah melakukan tes usap polymerase chain reaction (PCR). Sampel dari tes PCR itulah yang akan dianalisis dengan pengurutan genom. Namun pengurutan genom bukanlah kewajiban dalam penanganan pandemi Covid-19. Umumnya, pengurutan baru dilakukan bila jumlah kasus positif dan angka kematian tiba-tiba melonjak sehingga menerbitkan dugaan bahwa ada varian baru yang memicunya.
Pengobatan Varian Gamma P.1 Covid-19
Ada indikasi varian gamma P.1 kebal terhadap beberapa jenis pengobatan umum pada pasien Covid-19. Namun indikasi ini masih perlu penelitian lebih lanjut. Karena itu, pasien Covid-19 dengan varian gamma tetap ditangani dengan tata laksana penanganan pasien positif yang diterbitkan sejumlah himpunan dokter spesialis dan Ikatan Dokter Indonesia.
Dalam pedoman tata laksana edisi terbaru 14 Juli 2021, ada beberapa obat yang tak lagi direkomendasikan untuk diberikan kepada pasien. Sebab, kemanjuran obat itu tak terbukti dalam upaya penyembuhan pasien. Pedoman ini akan terus diperbarui sesuai dengan temuan-temuan anyar seputar pengobatan pasien Covid-19 di seluruh dunia.
Pencegahan Covid-19
Tidak bisa tidak, untuk mencegah penularan virus corona, masyarakat harus berdisiplin dalam menjalankan protokol kesehatan. Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun/hand sanitizer, menjaga jarak, serta mengenakan masker masih menjadi langkah pencegahan yang utama, termasuk terhadap varian gamma P.1
Protokol itu kini diperketat dengan menambahkan menjauhi kerumunan dan mengurangi mobilitas. Dengan mematuhi protokol tersebut, diharapkan tingkat penularan di tengah masyarakat bisa berkurang.
Kapan Harus ke Dokter?
Gejala Covid-19 pada setiap orang berbeda-beda. Ada yang hasil tes PCR-nya positif, tapi tidak ada gejala sama sekali. Ada pula yang gejalanya cuma ringan, misalnya hanya merasa lelah dan batuk biasa. Namun ada juga pasien yang gejalanya berat sehingga membutuhkan bantuan dokter di rumah sakit.
Segera datangi dokter bila Anda mengalami sesak napas dan sulit bangun dari tempat tidur. Bisa jadi itu pertanda saturasi oksigen Anda menurun di bawah standar. Penanganan dokter juga diperlukan jika ada penyakit penyerta yang bisa memperburuk kondisi, misalnya penyakit jantung, paru-paru, atau diabetes.
Ditinjau oleh:
dr. Zikanovelia, Sp.P
Dokter Spesialis Paru
Referensi:
https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/variants/variant-info.html#Concern
https://gvn.org/covid-19/gamma-p-1/
https://aci.health.nsw.gov.au/covid-19/critical-intelligence-unit/sars-cov-2-variants
https://assets.publishing.service.gov.uk/government/uploads/system/uploads/attachment_data/file/993879/Variants_of_Concern_VOC_Technical_Briefing_15.pdf