• Contact Center
  • 1500 007
  • Chatbot

Disfungsi Ereksi: Gejala, Mencegah dan Mengobati

Disfungsi Ereksi

Ereksi penis, yang merupakan peristiwa awal dan wajib untuk aktivitas seksual pria, pada dasarnya adalah fenomena vaskular yang dipicu oleh sinyal neurologis dan hanya dapat terjadi dengan baik dalam lingkungan hormonal yang tepat serta kondisi psikologis yang mendukung. Disfungsi ereksi sering kali menjadi topik yang sensitif untuk dibicarakan. Tapi kondisi ini sebenarnya termasuk masalah kesehatan yang banyak dialami pria, terutama yang berusia 40 tahun ke atas. Sebuah penelitian yang melibatkan lebih dari 27.000 pria berusia 20 hingga 75 tahun melaporkan disfungsi ereksi terjadi pada 18% pria berusia 50 – 59 tahun dan 37% dari pria berusia 70 – 75 tahun.

Disfungsi seksual pada pria terdapat beberapa jenis yaitu disfungsi ereksi, penurunan libido dan gangguan ejakulasi. Pada pria, jenis disfungsi seksual yang paling umum adalah disfungsi ereksi.

buat jani dokter primaya

Segala hal seputar disfungsi ereksi, dari gejala hingga cara pencegahannya, akan dibahas dalam artikel berikut ini.

Mengenal Disfungsi Ereksi

Ereksi penis terutama merupakan fenomena vaskular. Ketika terjadi rangsangan seksual, pembuluh darah di penis mengalami dilatasi, memungkinkan peningkatan aliran darah ke dalam jaringan erektil. Darah mengisi ruang-ruang di dalam korpus kavernosum, sementara mekanisme vena mencegah keluarnya darah, sehingga mempertahankan ereksi.

Disfungsi ereksi adalah kondisi ketika seorang pria tidak mampu mencapai atau mempertahankan ereksi yang cukup untuk melakukan hubungan seksual yang memuaskan. Kondisi ini bisa bersifat jangka pendek ataupun jangka panjang, tergantung penyebabnya.

Menurut National Institutes of Health, meski sangat umum terjadi pada pria seiring dengan pertambahan usia, disfungsi ereksi bukanlah bagian dari proses penuaan yang normal. Kondisi ini bisa jadi menandakan adanya masalah kesehatan yang lebih serius dan memerlukan perhatian medis, termasuk penyakit kardiovaskular.

Secara medis, ereksi terjadi ketika ada rangsangan yang bersifat fisik ataupun emosional sehingga ada aliran darah yang mengisi jaringan spons di dalam penis. Ada koordinasi antara sistem saraf, hormon, aliran darah, dan otot dalam berlangsungnya proses ini. Bila ada salah satu saja dari komponen itu terganggu, disfungsi ereksi dapat terjadi.

Penting untuk digarisbawahi bahwa mengalami kesulitan ereksi sesekali bukan berarti seseorang mengalami disfungsi ereksi. Kondisi ini baru dinilai sebagai masalah medis jika berlangsung terus-menerus atau berulang selama beberapa waktu.

Gejala Disfungsi Ereksi

Sebagian besar kasus disfungsi ereksi bermula dari gejala ringan yang kerap diabaikan oleh individu yang mengalaminya. Gejala utama kondisi ini meliputi:

  • Kesulitan mencapai ereksi
  • Kesulitan mempertahankan ereksi selama aktivitas seksual
  • Tidak mendapatkan kepuasan seksual seperti sebelumnya
  • Gairah seksual berkurang
  • Mengalami kecemasan atau tekanan atas performa seksual

Seseorang bisa diduga kuat mengalami disfungsi ereksi bila gejala-gejala ini tidak terjadi sesekali, melainkan berulang.

Penyebab Disfungsi Ereksi

Terdapat sejumlah faktor yang bisa menyebabkan disfungsi ereksi, dari yang bersifat fisik hingga psikologis dan gaya hidup. Berikut ini beberapa di antaranya:

 Fisik

  • Penyakit kardiovaskular atau jantung dan pembuluh darah, khususnya akibat penyempitan pembuluh darah termasuk yang berada di penis.
  • Diabetes melitus yang bisa menyebabkan kerusakan saraf dan pembuluh darah.
  • Penyakit ginjal terutama gagal ginjal kronis meningkatkan risiko disfungsi ereksi.
  • Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang bisa mengganggu aliran darah ke penis.
  • Obesitas atau kelebihan berat badan yang bisa mempengaruhi produksi hormon testosteron yang berperang penting dalam fungsi seksual pria.
  • Gangguan neurologi seperti stroke, cedera tulang belakang, sclerosis dan demensia.
  • Gangguan hormon yang bisa memicu penurunan libido dan kemampuan ereksi.
  • Efek samping obat, antara lain antidepresan, antihipertensi, serta anti-androgen pada obat kanker prostat.
Baca Juga:  Perbedaan Terlambat Haid dengan Hamil, Ini Penjelasannya

Psikologis

  • Stres dan kecemasan baik yang berhubungan dengan performa seksual maupun masalah lain, termasuk soal pekerjaan dan sosial.
  • Depresi yang bisa mengakibatkan penurunan libido yang signifikan.
  • Trauma seksual atau pengalaman buruk di masa lalu yang dapat mempengaruhi kesehatan seksual secara keseluruhan.
  • Gangguan tidur

Gaya Hidup

  • Kebiasaan merokok yang bisa merusak pembuluh darah karena kandungan rokok.
  • Konsumsi alkohol berlebihan yang bisa mempengaruhi sistem saraf pusat dan mengurangi sensitivitas seksual.
  • Kurangnya aktivitas fisik.
  • Olahraga sepeda yang berlebihan dikatakan dapat menyebabkan disfungsi ereksi, meskipun ini masih kontroversial.

Cara Dokter Mendiagnosis Disfungsi Ereksi

Diagnosis disfungsi ereksi memerlukan sejumlah langkah yang meliputi:

  • Pemeriksaan riwayat kesehatan umum, termasuk soal obat-obatan yang dikonsumsi dan riwayat penyakit yang pernah dialami
  • Pertanyaan seputar kebiasaan seksual dan gejala yang terkait dengan aktivitas seksual
  • Pemeriksaan fisik terhadap penis dan testis untuk mengecek apakah ada kelainan fisik
  • Pemeriksaan Vaskular terhadap denyut nadi femoral dan perifer sebagai petunjuk adanya disfungsi ereksi (DE) vaskular.
  • Pemeriksaan Karakteristik Seksual Sekunder untuk melihat kurangnya atau hilangnya pola rambut pria yang normal, ginekomastia (pembesaran payudara pada pria), dan testis kecil.
  • Pemeriksaan Refleks Kremaster yang merupakan indikator integritas pusat ereksi torakolumbar.
  • Tes darah untuk mengukur kadar gula darah, kolesterol, tiroid, dan hormon testosterone
  • Pengukuran hormon mencari kriteria diagnostik untuk hipogonadisme
  • Pemeriksaan psikologis dalam beberapa sesi untuk mengidentifikasi adanya masalah mental yang bisa menjadi faktor pemicu disfungsi ereksi
  • Tes ultrasonografi (USG) Doppler untuk mendeteksi apakah aliran darah ke penis normal atau tidak

Cara Mengatasi Disfungsi Ereksi

Penanganan disfungsi ereksi umumnya membutuhkan kombinasi pendekatan baik secara medis maupun perubahan gaya hidup yang signifikan. Faktor penyebabnya juga berpengaruh terhadap metode penanganan yang digunakan. Caranya antara lain:

  • Mengobati penyebab yang mendasari, termasuk penghentian obat-obat yang data mencetuskan.
  • Identifikasi faktor risiko kardiovaskuer dan mengobatinya seperti hipertensi, merokok, obesitas dan diabetes melitus.
  • Pemberian obat-obatan untuk meningkatkan aliran darah ke penis, seperti sildenafil, tadalafil, dan vardenafil.
  • Terapi sulih hormon menggunakan testosterone pada kondisi hipogonadisme.
  • Perubahan gaya hidup yang meliputi berhenti merokok dan mengonsumsi alkohol, meningkatkan aktivitas fisik, dan menerapkan pola makan gizi seimbang
  • Terapi psikologis bila ada masalah emosional yang berperan dalam terjadinya disfungsi ereksi pada seseorang
  • Penggunaan alat vakum khusus untuk membantu ereksi
  • Prosedur bedah untuk memperbaiki pembuluh darah hingga memasang implan untuk membantu penis ereksi, biasanya untuk kasus yang berat
Baca Juga:  Persiapan Penting Sebelum Kelahiran Anak Pertama

Komplikasi Disfungsi Ereksi

Disfungsi ereksi tidak hanya dapat mempengaruhi kehidupan seksual, tapi juga bisa memicu komplikasi lain, seperti:

  • Masalah dalam hubungan rumah tangga karena gangguan fungsi seksual
  • Masalah mental yang bisa berkembang menjadi depresi yang membahayakan
  • Kepercayaan diri melorot
  • Infertilitas atau ketidakmampuan menghasilkan keturunan
  • Penurunan kualitas hidup secara signifikan

Pencegahan Disfungsi Ereksi

Langkah awal untuk mencegah disfungsi ereksi adalah dengan memastikan tubuh dan mental terjaga tetap sehat. Caranya termasuk:

  • Mengendalikan faktor risiko kesehatan terutama yang berkaitan dengan pembuluh darah dengan memastikan tekanan darah, kadar gula darah, dan kolesterol tetap terkontrol
  • Memperhatikan pola makan dengan memperbanyak makanan kaya serat dan tinggi antioksidan serta membatasi konsumsi lemak jenuh
  • Menghindari kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol
  • Rutin berolahraga agar sirkulasi darah dan kesehatan jantung terjaga
  • Mengendalikan stres dengan teknik relaksasi seperti yoga, meditasi, atau metode apa pun yang bisa menurunkan tekanan psikologis

Kapan Harus ke Dokter?

Bagi yang merasa kesulitan mencapai atau mempertahankan ereksi secara berulang, penting untuk selekasnya berkonsultasi dengan dokter. Disfungsi ereksi adalah masalah yang umum dan ada obatnya sehingga tak usah merasa sungkan atau takut. Bila terlambat dideteksi dan ditangani, kondisi ini juga bisa dapat mengakibatkan komplikasi yang lebih serius.

Narasumber:

dr. Yuli Trisetiyono, Sp. OG, Subsp.FER(K)
SubSpesialis Fertilitas dan Endokrinologi Reproduksi

Primaya Hospital Semarang

 

Referensi:

Share to :

Buat Janji Dokter

Promo

Login to your account below

Fill the forms bellow to register

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Select an available coupon below