Kelahiran prematur adalah salah satu kekhawatiran orang tua menjelang persalinan. Ketika bayi lahir prematur, ada potensi besar perkembangan janin tidak ideal. Di Indonesia, kelahiran bayi lebih cepat dari seharusnya ini masih menjadi masalah besar. Menurut Badan Kesehatan Dunia, Indonesia masuk 10 besar negara dengan angka kelahiran bayi prematur terbesar di dunia. Tepatnya di posisi kelima dengan angka 675.700 kelahiran. Penyebab tersering dari terjadinya kelahiran prematur adalah infeksi.
Mengenal Kelahiran Prematur
Lama masa kehamilan yang normal adalah 40 minggu plus/minus 2 minggu terhitung dari hari pertama siklus menstruasi terakhir. Seorang bayi terbilang lahir prematur bila lahir sebelum 37 minggu. Secara global, sebanyak 10 persen bayi lahir prematur. Dari semua kasus kelahiran prematur, sekitar 50 persen terjadi pada usia kehamilan 35 dan 36 minggu. Hanya kurang dari 1 persen kasus kelahiran lebih dini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 32 minggu.
Bayi yang lahir secara prematur memiliki risiko kematian lebih tinggi. Di seluruh dunia, lebih dari satu juta bayi meninggal akibat kelahiran prematur. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, terjadi penurunan angka kematian yang cukup signifikan berkat perawatan pasca-persalinan yang lebih berkembang di rumah sakit.
Penyebab bayi lahir prematur bervariasi. Sebanyak 50 persen kelahiran dini terkait dengan infeksi. Akibat infeksi bergantung pada sejumlah faktor, termasuk tahap perkembangan janin dalam kehamilan, paparan terhadap ibu dan imunitas ibu hamil, kemampuan plasenta untuk melindungi janin dari infeksi, dan perkembangan sistem imun pada janin. Dalam kehamilan hingga persalinan, terjadi perubahan struktur jaringan dan membran pada ibu serta janin. Pada kelahiran dini, perubahan struktural tersebut terjadi terlalu cepat.
Kelahiran prematur dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori:
-
Terindikasi
Persalinan dilakukan demi keselamatan ibu dan janin
-
Spontan
Kelahiran yang terjadi secara spontan karena berbagai penyebab.
Sebanyak 20 persen kelahiran yang terjadi secara prematur diakibatkan indikasi medis, dimana sang ibu dalam kondisi sakit parah yang mengancam nyawa atau janin menunjukkan tanda-tanda yang membahayakan.
Adapun bila dikelompokkan berdasarkan usia kehamilan, bayi prematur dibagi menjadi:
- Bayi kurang bulan: antara 34 dan 36 minggu usia kehamilan
- Prematur sedang: antara 32 dan 34 minggu usia kehamilan
- Sangat prematur: kurang dari 32 minggu usia kehamilan
- Prematur ekstrem: pada atau sebelum 25 minggu usia kehamilan
Kebanyakan kasus kelahiran prematur masuk kategori bayi kurang bulan.
Penyebab Kelahiran Prematur
Banyak hal yang bisa menyebabkan kelahiran dini, termasuk masalah pada janin, ibu atau keduanya sekaligus. Namun sekitar 50 persen kasus kelahiran dini tak ketahuan penyebabnya.
Penyebab paling sering yang ditemukan dari kehamilan prematur, adalah.
- Infeksi: misalnya infeksi saluran kemih dan bakteri vaginosis yang ditandai dengan keputihan, infeksi pada rongga mulut
- Solusio plasenta: plasenta lepas dari dinding rahim sebelum saat persalinan yang seharusnya
- Inkompetensi serviks: jaringan mulut rahim lemah, sehingga tak bisa mempertahankan janin hingga waktu persalinan yang semestinya
- Stress : baik itu disebabkan stress fisik maupun psikis
Beberapa faktor bisa meningkatkan risiko kelahiran prematur pada ibu hamil, adalah, :
- Penggunaan obat-obatan
- Riwayat kelahiran prematur sebelumnya
- Kehamilan kembar
- Anemia
- Sering bekerja dalam tekanan tinggi
- Berat badan rendah, gizi kurang
- Usia ibu diluar masa reprosuksi, yaitu kurang dari 17 tahun atau lebih dari 40 tahun
Dengan memahami risiko ini, ibu hamil bisa lebih mempersiapkan diri saat kehamilan. Pemeriksaan dan konsultasi kehamilan secara rutin wajib dilakukan di fasilitas yang memadai ketika ada risiko persalinan prematur.
Mendeteksi Kelahiran Prematur
Saat ini, cara screening untuk memprediksi kelahiran prematur bisa digolongkan menjadi tiga kategori umum:
1. Penilaian Faktor Risiko
Dalam hal ini, dokter spesialis kandungan dan kebidanan akan menilai faktor risiko pada ibu hamil dengan melihat riwayat medis serta menanyakan sejumlah hal terkait dengan kesehatan dan gaya hidup. Contohnya apakah pernah mengalami penyakit yang berpengaruh pada kehamilan, tanda-tanda ataupun riwayat infeksi yang pernah dialami, status gizinya, beban pekerjaan maupun psikis selama kehamilan, ada obat-obatan yang rutin dikonsumsi atau tidak, dan lain-lain.
2. Pemeriksaan Serviks
Ukuran serviks setiap perempuan bervariasi. Begitu juga tebal-tipisnya dinding serviks. Dokter akan memeriksa keadaan serviks ibu hamil dengan ultrasonografi (USG) transvaginal. Dalam pemeriksaan ini, selain mengukur panjang dan ketebalan serviks, dokter akan mengecek kemungkinan adanya infeksi atau hal lain yang bisa menyebabkan bayi lahir dini.
3. Penanda Biokomia
Metode screening ini bertujuan mendapatkan informasi biologis dari ibu hamil dan janinnya. Sampel yang diperiksa antara lain urine, cairan ketuban, darah, dan cairan servikovaginal.
Dokter akan menjalankan metode deteksi sesuai dengan apa yang dialami sewaktu pemeriksaan kehamilan. Dari pemeriksaan itu, dokter bisa memperkirakan apakah ada risiko persalinan prematur dan bagaimana penanganannya.
Penanganan Kelahiran Prematur
Makin dini bayi lahir, makin besar kemungkinan mereka mengalami masalah kesehatan. Bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 7 bulan umumnya perlu mendapat perawatan di neonatal intensive care unit (NICU) rumah sakit selama beberapa hari. Bila lahir jauh lebih dini, penanganan akan jauh lebih intensif di NICU karena risiko kematian lebih besar.
Karena itu, ibu hamil yang merasa akan melahirkan sebelum waktunya harus segera datang ke bidan atau dokter kandungan terdekat. Misalnya merasa perut berkontraksi. Apalagi bila sudah pecah ketuban. Ibu harus berpacu dengan waktu untuk mendapat penanganan segera.
Sebaiknya langsung menuju rumah sakit yang memiliki fasilitas NICU bila tanda kelahiran terjadi lebih cepat. Rumah sakit dengan NICU lebih mampu menangani kelahiran prematur dengan sumber daya dan peralatan yang lebih mumpuni. Dalam penanganan, dokter bisa memberikan:
- Antibiotik: untuk merawat atau mencegah infeksi pada janin dan ibu
- Steroid: guna mempercepat perkembangan paru-paru dan mengurangi risiko masalah pernapasan pada bayi yang lahir prematur
- Obat-obatan tertentu untuk memperlambat kontraksi: dengan perlambatan kontraksi, dokter punya lebih banyak waktu untuk menangani janin dan ibunya sebelum kelahiran
Cara Mencegah Kelahiran Prematur
Meski penyebab kelahiran prematur tak selalu dapat diketahui, kita bisa melakukan upaya pencegahan dengan mengelola faktor risiko. Salah satunya adalah mengubah kebiasaan atau gaya hidup demi kesehatan ibu dan janin dalam kandungan. Misalnya:
- Berhenti merokok bila terbiasa merokok
- Tidak mengonsumsi alkohol dan obat-obatan yang terlarang
- Menjaga berat badan cukup selama kehamilan
- Konsumsi makanan dan minuman bernutrisi tinggi
- Hindari pekerjaan berat, termasuk terlalu lama berdiri
- Minimalkan stres dalam hidup dengan teknik relaksasi, olahraga, dan istirahat
- Ikuti kelas kehamilan
- Waspada terhadap sumber infeksi
- Jalani tes kehamilan
Narasumber:
dr. Mervinna Giovanni, SpOG
Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan
Referensi:
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/preterm-birth
https://www.cdc.gov/reproductivehealth/features/premature-birth/index.html