Rubella masih menjadi masalah kesehatan yang membahayakan masyarakat. Penyakit ini perlu menjadi perhatian, terutama bagi ibu hamil. Infeksi rubella selama kehamilan dapat berakibat serius pada bayi yang dilahirkan. Karena itu, penting untuk memahami seluk-beluk rubella, dari gejala, penyebab, hingga pencegahannya, seperti diuraikan dalam artikel berikut ini.
Mengenal Rubella
Rubella adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus rubella. Virus rubella pertama kali diidentifikasi oleh peneliti Jerman pada 1938. Secara umum penyakit ini bersifat ringan, terutama pada anak-anak. Â Gejala yang muncul kerap tidak spesifik dan mirip dengan penyakit infeksi virus lain.
Namun rubella mesti menjadi perhatian serius bagi ibu hamil karena potensi bahayanya bagi janin. Terutama ketika virus ini menginfeksi perempuan pada trimester pertama kehamilan.
Virus rubella dapat menyebar melalui droplet pernapasan, seperti batuk dan bersin. Menurut studi, virus rubella memiliki kemampuan unik melewati plasenta dan menginfeksi janin yang sedang berkembang hingga menyebabkan berbagai kelainan kongenital yang dikenal sebagai sindrom rubella kongenital. Vaksinasi terbukti efektif mencegah penyebaran virus ini.
Gejala Rubella
Masa inkubasi virus ini berkisar 14-21 hari. Artinya, gejala baru akan muncul dua-tiga minggu setelah terpapar virus. Gejala awal penyakit ini mirip dengan flu biasa yang bisa menyulitkan diagnosis. Beberapa gejala umum rubella termasuk:
- Demam ringan: suhu tubuh bisa meningkat hingga sekitar 38 derajat Celsius
- Sakit kepala: nyeri pada kepala, kadang diiringi mata merah dan hidung meler
- Ruam kulit: ruam berwarna merah muda atau merah yang dimulai dari wajah dan menyebar ke badan, lengan, hingga kaki, bisa disertai gatal
- Pembengkakan kelenjar getah bening: terutama di belakang telinga dan leher
- Nyeri sendi: terutama pada perempuan dewasa
Gejala ini biasanya berlangsung selama 3-7 hari. Orang yang terinfeksi rubella tidak menunjukkan gejala sama sekali sehingga potensi penularan tetap ada.
Penyebab Rubella
Penyebab penyakit rubella ada virus rubella. Virus ini ditularkan melalui droplet dari batuk atau bersin orang yang terinfeksi dan dapat bertahan hidup di permukaan suatu benda selama beberapa jam serta tetap aktif dalam droplet udara selama satu jam.
Faktor risiko utama meliputi:
- Kontak dekat dengan penderita rubella
- Belum mendapat vaksinasi MMR (Measles, Mumps, Rubella)
- Berada di lingkungan dengan cakupan vaksinasi rendah
- Bepergian ke daerah endemis rubella
Cara Dokter Mendiagnosis Rubella
Karena gejala rubella mirip dengan infeksi virus lain, pemeriksaan klinis saja tidak cukup akurat untuk membuat diagnosis. Diperlukan kombinasi pemeriksaan laboratorium untuk mengonfirmasi diagnosis.
Metode diagnosis yang digunakan meliputi:
Pemeriksaan Fisik
- Evaluasi karakteristik ruam
- Pemeriksaan pembengkakan kelenjar getah bening
- Pengukuran suhu tubuh
Tes Antibodi IgM dan IgG
Dari sampel darah atau cairan tubuh pasien, dokter bisa melakukan tes antibodi. Keberadaan antibodi IgM terhadap virus rubella menunjukkan infeksi akut.
Tes Reaksi Berantai Polimerase (PCR)
Tes ini dapat digunakan untuk mendeteksi materi genetik virus rubella dalam darah atau cairan tubuh lain.
Kultur Virus
Meski jarang digunakan, kultur virus bisa membantu mengidentifikasi virus rubella secara langsung.
Cara Mengatasi Rubella
Tak ada pengobatan antiviral spesifik untuk rubella. Penanganan terutama bersifat suportif dan bertujuan meringankan gejala. Penanganan untuk infeksi rubella biasanya meliputi:
- Istirahat yang cukup
- Menjaga kebutuhan asupan cairan terpenuhi
- Penggunaan asetaminofen atau ibuprofen untuk meredakan demam dan nyeri
- Antihistamin untuk mengurangi gatal jika diperlukan
Untuk ibu hamil yang terinfeksi, diperlukan pemantauan ketat terhadap perkembangan janin untuk mendeteksi kemungkinan masalah kongenital.
Komplikasi Rubella
Rubella umumnya ringan, tapi tetap dapat menyebabkan komplikasi serius khususnya pada ibu hamil. Infeksi rubella selama kehamilan, khususnya pada trimester pertama, dapat menyebabkan sindrom rubella kongenital (CRS) pada bayi. Sindrom ini termasuk:
- Kelainan jantung kongenital
- Katarak dan glaukoma
- Gangguan pendengaran
- Mikrosefali
- Keterlambatan perkembangan
- Kerusakan otak
Pada orang dewasa, rubella bisa berkembang dan mengakibatkan komplikasi seperti artritis (radang sendi), ensefalitis (radang otak), dan trombositopenia (jumlah keping darah trombosit rendah).
Pencegahan Rubella
Cara paling efektif untuk mencegah rubella adalah dengan vaksinasi. Vaksin Measles, Mumps, Rubella atau MMR bisa melindungi tubuh dari penyakit campak, gondok, dan rubella. Vaksin ini diberikan dalam dua dosis pada anak-anak, yakni saat berusia 18 bulan dan 5 tahun.
Pada orang dewasa, vaksin MMR bisa diberikan dalam dua dosis bila sebelumnya tak mendapatkan vaksin tersebut. Jarak dosis pertama dengan kedua minimal 28 hari. Sedangkan bila sudah pernah memperoleh vaksin MMR saat anak, cukup satu dosis yang diberikan.
Vaksinasi rubella sangat penting bagi perempuan yang berencana hamil. Bagi yang belum pernah divaksinasi rubella, sebaiknya vaksin diberikan setidaknya satu bulan sebelum hamil.
Langkah pencegahan lain meliputi:
- Menghindari kontak dengan penderita rubella
- Mencuci tangan secara teratur
- Menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin
- Menjalani screening rubella pada saat pemeriksaan kehamilan
Kapan Harus ke Dokter?
Segera datangi dokter untuk berkonsultasi jika ada gejala seperti ruam yang disertai demam dan nyeri berkepanjangan. Terlebih ketika gejala ini tak kunjung reda setelah seminggu. Diagnosis dan penanganan dini sangat penting dalam kasus rubella, terutama bagi ibu hamil.
Narasumber:
dr. Herlina Nindyastuti, M.Sc, Sp. A
Spesialis Anak
Primaya Hospital Depok
Referensi:
- Rubella. https://www.cdc.gov/rubella/index.html. Diakses 22 Desember 2024
- Rubella. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/rubella. Diakses 22 Desember 2024
- Rubella. https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC4514442/. Diakses 22 Desember 2024
- A Study Prevalence of Congenital Rubella Syndrome Cases Before and After Rubella Vaccination Campaign. https://scholar.unair.ac.id/en/publications/a-study-prevalence-of-congenital-rubella-syndrome-cases-before-an. Diakses 22 Desember 2024
- Rubella Virus Infection, the Congenital Rubella Syndrome, and the Link to Autism. https://www.mdpi.com/1660-4601/16/19/3543. Diakses 22 Desember 2024
- Safety of measles, mumps, and rubella vaccine in adolescents and adults in the vaccine safety Datalink. https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2590136223000098. Diakses 22 Desember 2024
- Feasibility of measles and rubella vaccination programmes for disease elimination: a modelling study. https://www.thelancet.com/journals/langlo/article/PIIS2214-109X(22)00335-7/fulltext. Diakses 22 Desember 2024
- Age-specific prevalence of IgG against measles/rubella and the impact of routine and supplementary immunization activities. https://www.ijidonline.com/article/S1201-9712(24)00123-1/fulltext. Diakses 22 Desember 2024